Industri Pertahanan: Antara Mandiri Vs Impor Luar Negeri Bersama Ketua Umum Forkominhan

Forkominhan – “Sebuah bangsa yang tidak mau berinvestasi di bidang pertahanan akan terampas kedaulatannya. Biasanya menjadi bangsa budak!” Demikian tegas Presiden Prabowo Subianto saat membuka Indo Defence 2025 pada 11 Juni 2025 lalu, mengingatkan kita akan pentingnya membangun sektor pertahanan nasional secara mandiri.

Namun, apakah Indonesia sudah konsisten dalam menginvestasikan dana dan sumber daya untuk membangun industri pertahanan yang mandiri? Industri yang tidak hanya bergantung pada impor alat utama sistem persenjataan (alutsista) dari luar negeri, tetapi juga mampu menciptakan teknologi dan produk dalam negeri yang kompetitif dan berkelanjutan?

Dalam dialog #BusinessTalk ditayangkan live tanggal 17 Juni 2025 di KompasTV mengupas tuntas tantangan dan peluang industri pertahanan Indonesia. Bersama Ketua Umum Forkominhan Marsdya TNI (Purn) Eris Herryanto, S.IP.,MA. yang membahas bagaimana upaya pemerintah dan pelaku industri dalam negeri, termasuk BUMN dan pelaku swasta, mendorong kemandirian pertahanan nasional.

Simak juga bagaimana strategi pengembangan ekosistem industri pertahanan, perencanaan jangka panjang, serta kebijakan insentif yang diperlukan agar Indonesia tidak hanya menjadi konsumen, tetapi juga produsen alat pertahanan yang tangguh. Karena kedaulatan bangsa dimulai dari kemampuan mempertahankan diri secara mandiri.

Narasi ini mengacu pada pernyataan Presiden Prabowo Subianto di Indo Defence 2025 dan konteks diskusi mengenai investasi dan kemandirian industri pertahanan Indonesia yang disajikan dalam program BUSINESS TALK KompasTV.

Artikel Lainnya