CIBUBUR – Forum Komunikasi Industri Pertahanan (Forkominhan), mengadakan acara Focus Group Discussion (FGD), Rabu (6/3) bertajuk “Make Defense Industry Great Again” yang menghadirkan Prof. Dr. Ir. Rahardi Ramelan, M. Sc. ME, sebagai pembicara utama.
Acara ini membahas tantangan dan peluang dalam mengembangkan industri pertahanan Indonesia yang mandiri dan berdaya saing global. Dalam diskusi ini, Prof. Rahardi Ramelan menyampaikan pandangan strategis tentang penguasaan industri pertahanan di Indonesia, dengan fokus pada revitalisasi dan pengembangan inovasi di sektor industri pertahanan nasional.
Dalam pemaparannya, Prof. Rahardi menyoroti sejarah panjang penguasaan industri pertahanan Indonesia, yang telah dimulai sejak periode 1960-an melalui berbagai program seperti reverse engineering dan pembangunan teknologi dual-market.
Teknologi ini dianggap strategis karena tidak hanya berfokus pada kebutuhan militer, tetapi juga dapat diterapkan dalam sektor sipil, sehingga meningkatkan peluang pasar dan investasi. Beliau menekankan pentingnya kolaborasi antara pemerintah, industri, dan akademisi untuk membangun fondasi kuat dalam pengembangan industri pertahanan nasional untuk menciptakan ekosistem inovasi yang berkelanjutan.
“Indonesia harus memproduksi bukan hanya untuk pertahanan, tetapi juga untuk kebutuhan umum. Teknologi dual-market adalah kunci agar industri pertahanan kita tetap relevan dan mandiri. Kita tidak bisa lagi hanya bergantung pada negara maju yang menciptakan konflik dan menawarkan solusi. Sudah saatnya kita menjadi pemain utama di pasar global.” Ujar Prof Dr Rahardi saat memberikan paparannya.
FGD kali ini juga dihadiri oleh berbagai pemangku kepentingan di bidang pertahanan dalam menyoroti pentingnya Indonesia untuk meningkatkan kapabilitas industri pertahanan domestik, guna mengurangi ketergantungan pada impor dan mendorong kemandirian teknologi pertahanan Nasioonal.
Marsdya (Purn) Eris Harryanto, selaku ketua Forkominhan dan salah satu tokoh senior pertahanan yang turut hadir dalam acara tersebut juga memberikan apresiasi dan dukungannya terhadap ide-ide yang disampaikan oleh Prof. Rahardi. Menurut Marsdya Eris, kemandirian industri pertahanan adalah kebutuhan mendesak bagi Indonesia, terutama dalam menghadapi dinamika geopolitik global yang semakin kompleks.
“Apa yang disampaikan oleh Prof. Rahardi sangat relevan dengan kebutuhan Indonesia saat ini. Industri pertahanan yang mandiri tidak hanya penting untuk menjaga kedaulatan nasional, tetapi juga menjadi pendorong bagi kemajuan teknologi dan ekonomi kita secara keseluruhan. Saya setuju bahwa kita harus mengembangkan teknologi yang dapat bersaing di pasar global, baik untuk keperluan militer maupun sipil.” Ungkapnya.
Acara FGD ini diharapkan dapat memicu diskusi lanjutan tentang strategi penguatan industri pertahanan nasional dan inovasi teknologi untuk mendukung kedaulatan pertahanan Indonesia. Selain itu, acara ini bertujuan merumuskan rekomendasi strategis bagi pemerintah dan pemangku kepentingan guna mewujudkan industri pertahanan yang kuat, mandiri, dan berkelanjutan. [Adm]