Jakarta – Ketua Forkominhan, Marsdya TNI (Purn) Eris Herryanto mengungkapkan Forkominhan merupakan think tank industri pertahanan yang mandiri dan nirlaba. Forkominhan telah hadir satu tahun untuk menambah khasanah industri pertahanan melalui kajian mendalam, baik policy maupun operasional.
“Pada hari ini, kami mempunyai momen bersejarah dengan meluncurkan edisi perdana majalah Inhan. Majalah ini menyampaikan ulasan dari industri pertahanan. Kami bekerja sama dengan BUMN Track menyampaikan ulasan dan kajian kepada publik,” kata Ketua Forkominhan, Marsdya TNI (Purn) Eris Herryanto di Jakarta, Rabu (22/2/23).
Selain meluncurkan Majalan Inhan edisi perdana, Forkominhan juga menggelar seminar dengan tema ‘Klasterisasi Industri Pertahanan untuk Meningkatkan Daya Saing di Kancah Global.” Dalam satu tahun perjalanan, Forkominhan telah mengelar tiga kali seminar.
Pemimpin redaksi Majalah Inhan, Akhmad Kusaeni mengungkapkan bahwa Industri pertahanan yang kuat akan menciptakan stablitas keamanan, perdamaian, dan pertumbuhan ekonomi yang baik. Semua negara berlomba mewujudkan kemandirian industri pertahanan. Pasalnya, situasi global politik berubah dan bergeser dari kawasan Timur Tengah ke Indo Pasifik. Ketegangan di Selat Taiwan dan Laut China Selatan menyulut terjadinya adu pamer kekuatan dan lomba senjata.
“Mencermati perkembangan situasi seperti itu komunitas industri pertahanan tidak boleh berdiam diri. Kita harus siap sedia menghadapi kemungkinan eskalasi konflik di Indo Pasifik, yang merupakan kawasan beranda rumah kita, Indonesia. Jangan sampai ketika dua gajah berkelahi, Amerika Serikat versus China, pelanduk mati terjepit,” kata Pemimpin redaksi Majalan Inhan, Akhmad Kusaeni.
Terkait hal tersebut, Majalah Inhan Edisi Perdana mengangkat isu bagaimana respon industri pertahanan nasional terhadap situasi global politik yang berubah. Selain berita, redaksi juga menurunkan analisa dari sejumlah narasumber yang kompeten di bidangnya. Inhan bukan majalah biasa, akan tetapi media semi-jurnal yang merupakan wadah praktisi industri pertahanan untuk menuangkan pemikiran dan pandangannya.
Dalam kesempatan yang sama, Menteri Pertahanan periode 2009-2014, Purnomo Yusgiantoro berharap majalah Inhan menjadi wahana promosi dan sosialiasi industri pertahanan dalam mendukung kemandirian industri pertahanan. “Saya mengucapkan selamat, terutama bapak Marsekal Madya TNI (Purn) Eris Herryanto yang menjadi Ketua Forkominhan dan beserta seluruh jajarannya,” jelasnya.
Menurutnya, seminar dengan tema ‘Klasterisasi Industri Pertahanan untuk Meningkatkan Daya Saing di Kancah Global’ sangat baik sekali dalam perjalanan untuk mencapai kemandirian industri pertahanan.
“Saya masih ingat, ketika kita mengalami krisis ekonomi 1998, industri pertahanan pada waktu itu mengalami colaps selama 10 tahun, sulit berkembang. Hingga akhirnya sampai 2009, kita bangkit dan merencanakan MEF yang menjadi essential force tahap 1,2 dan 3. Essential force kita tuangkan dalam renstra 1,2 dan 3 yang akan selesai di 2024,” tambahnya.
UU no 16/2012 menjadi landasan pengembangan Indhan. Pada waktu itu pula dibentuk KKIP yang pada prinsipnya ditujukan untuk pencapaian kemandiran industri pertahanan. Kemudian UU Omnibus Law 2022 membuka peran swasta sebagai lead integrator indhan, tidak hanya BUMN saja. “Semua itu merupakan satu prosoes untuk mewujudkan kemandirian pertahanan,” jelasnya.
Mengawali keynote speech, Gubernur Lemhanas, Andi Widjajanto membuka dengan pertanyaan ‘Perang seperti yang akan dihadapi di 2030?’ Dengan mengacu pada perang tersebut, maka turunannya adalah alutsista apa yang digunakan pada 2030, kemudian akhirnya industri apa yang akan dikembangkan dan relevan di 2030.
“Ada tiga hal yang bisa dijadikan patokan, untuk memproyeksikan hingga 10 tahun ke depan. Pertama pertarungan geopolitik global negara di dunia. Kedua, inovasi teknologi terkini. Ketiga, perubahan karakter industri pertahanan,” kata Gubernur Lemhanas, Andi Widjajanto.
Maka tantangan utama industri pertahanan dalam negeri adalah inovasi. Sehingga indhan yang sekarang motornya di Defend ID bisa berkolaborasi dengan swasta maupun konsorsium untuk mengatasi 3 variabel tersebut.
“PR besar menanti kita. Tapi PR ini menghadirkan peluang bagaimana industri pertahanan bisa adaftif dan terus berinovasi. Kalau terjadi perang pada 2030, paling tidak Indonesia memiliki operasional yang didukung kapasitas mandiri dari Industri Pertahanan dalam negeri,” tutupnya.
Untuk diketahui, Majalah Inhan diterbitkan oleh Forum Komunikasi Industri Pertahanan (Forkominhan) bekerjasama dengan BUMN Track. Tujuannya untuk literasi publik mengenai masalah pertahanan dan keamanan, mempromosikan industri pertahanan nasional, dan wadah untuk menyurakan pandangan praktisi pertahanan, baik itu dari BUMN, BUMS, Perguruan Tinggi, pengguna produk industri pertahanan, dan pemerintah sebagai regulator. [Adm]
Sumber: BumnTrack